Berbuat baik adalah suatu hal yang harus dibudidayakan, berbuat baik tidak boleh berharap balasan, karna yang berhak membalas hanyalah yang maha kuasa

Jumat, 01 April 2016

Hubungan keterampilan membaca dengan keterampilan yang lainnya


JURUSAN TADRIS BAHASA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
Kelompok 1 : Ahmad Alfi      (153151045)
                 2 : Nur Wakhidah (153151039)
Mata Kuliah : Membaca Komprehensif
Dosen           : Dian Uswatun Hasanah S.Pd, M.Pd.


Hubungan Antara Keterampilan Membaca dengan Keterampilan yang Lain
Mempelajari ilmu bahasa tentu tidak akan bisa lepas dari empat aspek keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan berbahasa itu adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pemerolehan keterampilan berbahasa tersebut didapat melalui urutan yang sudah teratur yakni sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan individu manusia. Karena melalui urutan yang teratur, maka empat keterampilan berbahasa ini memiliki hubungan keterkaitan (relevansi) dan hubungan imbal balik (korelasi) sehingga menciptakan keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan motorik dan konigtif seseorang.
Pada mata kuliah “Membaca Komprehensif” ini, akan dipaparkan mengenai hal-ihwal membaca sebagai keterampilan berbahasa dan hubungannya dengan keterampilan berbahasa lainnya. Hal-hal pokok yang harus dipahami terkait “Membaca” adalah sebagai berikut;
A.         Pengertian Membaca
Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. (Tarigan, 2008 : 7). Dari pengertian menurut Tarigan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa, membaca adalah suatu proses kegiatan yang aktif-kreatif, karena hal ini menunjukan kalau sasaran kegiatan membaca adalah lambang-lambang tertulis sebagai media penyampaian gagasan atau ide orang lain yang disebut bahasa tulis. Disebut kreatif karena membaca menjadikan sebuah proses pemahaman yang bersifat menyeluruh. Artinya, pembaca tidak hanya melakukan kegiatan sebatas membaca namun juga dituntut untuk memahami lalu merespon atau mengavaluasi dan mengikutsertakan pengetahuan yang dimiliki untuk dikaitkan dengan apa yang telah dibaca. Setelah mengetahui pengertian serta berbagai hal terkait kegiatan membaca, maka esensial dari membaca itu sendiri adalah bagaimana seseorang mampu memahami isi dari wacana tulis.
B.       Hubungan Keterampilan Membaca dengan Keterampilan Lain

1.      Menyimak dengan Membaca
Keterampilan menyimak adalah keterampilan yang pertama kali didapat seseorang sejak lahir. Keterampilan menyimak ini bersifat resesif (menerima informasi), sama halnya dengan membaca yang juga bersifat resesif. Perbedaan di antara menyimak dan membaca adalah klasifikasi bentuk ragamnya. Jika menyimak adalah bersifat ragam bahasa lisan maka membaca merupakan ragam bahasa tulis. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang telah mahir dalam keterampilan menyimak (menerima informasi dari bahan simakan) maka ketika dihadapkan dengan kegiatan membaca (menyerap informasi dari bacaan) seseorang ini akan lebih mudah dalam memahami wacana lisan dan tulis karena daya berpikir otak untuk menyimak sudah maksimal (menyerap pengetahuan optimal), lalu saat membaca kegiatan merespon dan mengevalusi bacaan akan turut maksimal juga. Hal tersebut senada dengan fakta-fakta penting dari para ahli yang dituliskan oleh Tarigan dalam bukunya Membaca : Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.  (2008: 2-3). Fakta penting dari buku tersebut adalah sebagai berikut;
a.    Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh guru melalui Bahasa lisan, dan kemampuan anak untuk menyimak dengan pemahaman penting sekali.
b.    Menyimak merupakan cara atau metode utama bagi pelajaran lisan (verbalized learning) selama tahun-tahun permulaan disekolah.
c.    Walaupun menyimak pemahaman (listening comprehension) lebih unggul daripada membaca pemahaman (reading comprehension), anak-anak sering gagal untuk memahaminya dan tetap enyimpan /memakai.menguasaisejumlah fakta yang ereka dengar.
d.   Oleh karena itu, para pelajar membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih efektif dan lebih teratur lagi agar hasil pengaaran itu baik.
e.    Kosa kata atau pembendaharaan kata menyimak yang sanagat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dala belajar membaca secara baik.
f.     Bagi para pelajar yang lebih besar atau tinggi kelasnya, korelai antaraa kosa kata baca dan kosa kata simak (reading covabulary dan listening vocabulary) sangat tinggi, mungkin 80% atau lebih.
2.      Berbicara dengan Membaca
Membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat resesif, sedangkan berbicara bersifat produktif (menghasilkan/menyampaikan gagasan dan pemikiran). Keterampilan membaca berkaitan dengan ragam tulis, sementara keterampilan berbicara berkaitan dengan ragam lisan. Membaca menghubungkan sisi penyampaian gagasan secara tidak langsung : penulis kepada pembaca lewat tulisan, sedangkan berbicara secara otomatis membutuhkan arus dua arah yakni face to face. Keduanya semacam kegiatan dengan tujuan yang berkebalikan namun pada akhiranya sama penting dan saling mendukung.
Kegiatan membaca sangat memberikan pengaruh terhadap keterampilan berbicara. Seperti dalam buku antologi kisah-kisah inspiratif yang berjudul Cinta Membaca mengatakan, “Dengan membaca, aku mampu berbicara. Berbicara dengan wanita, juga orang-orang. Terutama jika aku dihadapkan tes interview yang harus aku lalui ketika seleksi melamar pekerjaan”. (Wirasatriaji, 2012 : 86). Mengutip pernyataan Wirasatriaji maka dapat dimaknai bahwa membaca sebagai ladang pengetahuan memberikan kontribusi terhadap diri pembaca untuk bisa berbicara apa yang diketahui lewat kegiatan membaca.
Hubungan keterkaitan antara berbicara sebagai bidang lisan dan membaca di bidang bahasa tulis dapat diketahui melalui telaah penelitian. Data yang ditulis oleh Tarigan pada buku Membaca : Sebagai Keterampilan Berbahasa (2008) menyebutkan beberapa poin penting manfaat dan tujuan dari membaca untuk berbicara. Hal-hal penting tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Penampilan membaca berbeda dengan kecakapan bahasa lisan.
b.      Pola pelajaran ujaran dari tuna aksara/ buta huruf dapat mengganggu pelajaran membaca pada seorang anak.
c.       Pada perkembangan dan pertumbuhan usia, membaca memberikan kesadaran linguistik terhadap istilah-istilah baru, struktur kalimat yang baik dan efektif, serta penggunaan kata-kata yang sesuai.
d.      Kosa kata khusus harus diajarkan langsung. Artinya, apabila terdapat istilah kosa kata baru, hendaknya guru untuk mendampingi dan memberikan pemngertian/pemaknaan agar seperti yang diharapkan sebelum memulai kegiatan membaca.

3.      Membaca dengan menulis
Keterampilan membaca memiliki hubungan erat dengan keterampilan menulis. Khalayak umum telah paham bahwa membaca adalah proses membuka jendela dunia. Dengan membaca maka menjadikan diri memiliki pengetahuan. Maka kegiatan membaca bisa disebut sebagai alat atau cara memperoleh informasi sebanyak-banyaknya.
Keterampilan membaca (yang bersifat reseptif) diperlukan agar dapat memahami pesan yang disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis. Sedangkan, kemampuan menulis (yang bersifat produktif) adalah suatu proses kreatif yang mencakup kemampuan merangkai, menyusun, dan mencatat hasil pikiran seseorang dalam bahasa tulis.
 Menulis dalam arti singkat bermaksud menyajikan kembali informasi dalam bentuk bahasa tulis (tulisan) kepada masyarakat luas ataupun untuk sekadar dokumentasi. Seperti pepatah yunani “Scripta Manent Verba Volant” (apa yang tertulis akan abadi dan apa yang terucap akan berlalu bersama angin). Untuk menyajikan gagasan informasi untuk dituliskan, maka dapat diperoleh melalui kegiatan membaca ataupun menyimak. Sehingga untuk memperoleh keterampilan menulis, seseorang harus terampil membaca dan menyimak.
Dalam buku yang ditulis Suparta Brata dengan judul Ubah Takdir : Lewat Baca dan Tulis Buku (2011). Brata mencoba menuliskan kegelisahannya terhadap budaya membaca dan menulis masyarakat Indonesia, terutama para pelajar. Kegelisahan beliau bermula pada kegiatan membaca yang kurang maksimal dikalangan pemuda/terpelajar, sehingga menyebabkan kurangnya tingkat kesadaran budaya menulis (buku).
“Bersekolah untuk apa? Berbudaya membaca buku dan menulis buku. Orang pintar seluruh dunia pasti membaca buku dan menulis buku. Mari kita produksi massal putra bangsa berbudaya membaca buku dan menulis buku pada umur awal sekolah 12 tahun”. ( Brata, 2011 : 29). Meminjam pertanyaan kegelisahan yang penulis kutipkan sebelumnya, tentu dengan sadar dapat diambil kesimpulan penting mengenai tujuan dari sekolah. Brata mencoba meluruskan niat dan tujuan dari bersekolah adalah untuk bisa membaca dan kemudian menulis. Tradisi masyarakat Indonesia dapat dikatakan masih dalam oriantesi lisan (orality) bukan dengan orientasi keberaksaraan (literacy). Kunci dari keberhasilan keterampilan menulis adalah seberapa maksimal dalam keterampilan membaca. Dalam berbagai kesempatan seminar/workshop kepenulisan juga sering dikatakan bahwa memperbanyak bacaan akan memudahkan dalam melatih keterampilan menulis. Karena pada dasarnya ketika seseorang memulai kegiatan membaca, secara tidak langsung ia telah belajar untuk memahami kaidah kepenulisan seperti; tanda baca, kalimat efektif, menyusun kata, dan sebagainya. Selain itu, dengan membaca seseorang secara otomatis akan menambah wawasannya tentang kata-kata (kosa kata) yang baru dan belum dipahami.


Daftar Pustaka
Brata, Suparto. 2011. Ubah Takdir Lewat Baca dan Tulis Buku. Surabaya: Litera Media Center.
Happy, Puput. Dkk,. 2012. Cinta Membaca.. Yogyakarta: Leutika Prio.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Mebaca Sebagai Uatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar