|
JURUSAN TADRIS BAHASA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
Kelompok 1 : Ahmad
Alfi (153151045)
2 : Nur Wakhidah (153151039)
Mata Kuliah : Membaca
Komprehensif
Dosen : Dian Uswatun Hasanah S.Pd, M.Pd. |
Hubungan Antara Keterampilan Membaca
dengan Keterampilan yang Lain
Mempelajari ilmu bahasa tentu tidak akan bisa lepas dari
empat aspek keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan berbahasa itu adalah
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pemerolehan keterampilan berbahasa
tersebut didapat melalui urutan yang sudah teratur yakni sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan individu manusia. Karena melalui urutan yang
teratur, maka empat keterampilan berbahasa ini memiliki hubungan keterkaitan
(relevansi) dan hubungan imbal balik (korelasi) sehingga menciptakan
keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan motorik dan konigtif seseorang.
Pada mata kuliah “Membaca Komprehensif” ini, akan
dipaparkan mengenai hal-ihwal membaca sebagai keterampilan berbahasa dan
hubungannya dengan keterampilan berbahasa lainnya. Hal-hal pokok yang harus
dipahami terkait “Membaca” adalah sebagai berikut;
A.
Pengertian Membaca
Membaca
merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh
pesan, yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. (Tarigan, 2008 : 7).
Dari pengertian menurut Tarigan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa, membaca adalah suatu proses kegiatan yang
aktif-kreatif, karena hal ini
menunjukan kalau sasaran kegiatan membaca adalah lambang-lambang tertulis sebagai media penyampaian gagasan atau ide orang
lain yang disebut bahasa tulis. Disebut kreatif
karena membaca menjadikan sebuah proses pemahaman yang
bersifat menyeluruh. Artinya,
pembaca tidak hanya melakukan kegiatan sebatas membaca namun juga dituntut
untuk memahami lalu merespon atau mengavaluasi dan mengikutsertakan pengetahuan
yang dimiliki untuk dikaitkan dengan apa yang telah dibaca. Setelah mengetahui
pengertian serta berbagai hal terkait kegiatan membaca, maka esensial dari
membaca itu sendiri adalah bagaimana seseorang mampu memahami isi dari wacana
tulis.
B. Hubungan Keterampilan Membaca dengan Keterampilan Lain
1.
Menyimak dengan Membaca
Keterampilan menyimak adalah keterampilan yang pertama kali didapat seseorang
sejak lahir. Keterampilan menyimak ini bersifat resesif (menerima informasi),
sama halnya dengan membaca yang juga bersifat resesif. Perbedaan di antara
menyimak dan membaca adalah klasifikasi bentuk ragamnya. Jika menyimak adalah
bersifat ragam bahasa lisan maka membaca merupakan ragam bahasa tulis. Dapat dikatakan bahwa seseorang yang telah mahir dalam
keterampilan menyimak (menerima informasi dari bahan simakan) maka ketika
dihadapkan dengan kegiatan membaca (menyerap informasi dari bacaan) seseorang
ini akan lebih mudah dalam memahami wacana lisan dan tulis karena daya berpikir
otak untuk menyimak sudah maksimal (menyerap pengetahuan optimal), lalu saat
membaca kegiatan merespon dan mengevalusi bacaan akan turut maksimal juga. Hal
tersebut senada dengan fakta-fakta penting dari para ahli yang dituliskan oleh
Tarigan dalam bukunya Membaca : Sebagai
Suatu Keterampilan Berbahasa. (2008:
2-3). Fakta penting dari buku tersebut adalah sebagai berikut;
a.
Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam
membaca diberikan oleh guru melalui Bahasa lisan, dan kemampuan anak untuk
menyimak dengan pemahaman penting sekali.
b.
Menyimak merupakan cara atau metode utama bagi
pelajaran lisan (verbalized learning) selama tahun-tahun permulaan disekolah.
c.
Walaupun menyimak pemahaman (listening
comprehension) lebih unggul
daripada membaca pemahaman (reading comprehension), anak-anak sering gagal
untuk memahaminya dan tetap enyimpan /memakai.menguasaisejumlah fakta yang ereka
dengar.
d.
Oleh karena itu, para pelajar
membutuhkan bimbingan dalam belajar menyimak lebih efektif dan lebih teratur
lagi agar hasil pengaaran itu baik.
e.
Kosa kata atau pembendaharaan kata
menyimak yang sanagat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dala
belajar membaca secara baik.
f.
Bagi para pelajar yang lebih besar atau
tinggi kelasnya, korelai antaraa kosa kata baca dan kosa kata simak (reading
covabulary dan listening vocabulary) sangat tinggi, mungkin 80% atau lebih.
2.
Berbicara dengan Membaca
Membaca merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat
resesif, sedangkan berbicara bersifat produktif (menghasilkan/menyampaikan gagasan dan pemikiran).
Keterampilan membaca berkaitan dengan ragam tulis, sementara keterampilan
berbicara berkaitan dengan ragam lisan. Membaca menghubungkan sisi penyampaian gagasan secara tidak langsung :
penulis kepada pembaca lewat tulisan, sedangkan berbicara secara otomatis
membutuhkan arus dua arah yakni face to
face. Keduanya
semacam
kegiatan dengan tujuan yang berkebalikan namun pada akhiranya sama penting dan saling mendukung.
Kegiatan membaca
sangat memberikan pengaruh terhadap keterampilan berbicara. Seperti dalam buku
antologi kisah-kisah inspiratif yang berjudul Cinta Membaca mengatakan, “Dengan membaca, aku mampu berbicara.
Berbicara dengan wanita, juga orang-orang. Terutama jika aku dihadapkan tes interview yang harus aku lalui ketika
seleksi melamar pekerjaan”. (Wirasatriaji, 2012 : 86). Mengutip pernyataan Wirasatriaji maka dapat dimaknai bahwa membaca
sebagai ladang pengetahuan memberikan kontribusi terhadap diri pembaca untuk
bisa berbicara apa yang diketahui lewat kegiatan membaca.
Hubungan
keterkaitan antara berbicara sebagai bidang lisan dan membaca di bidang bahasa
tulis dapat diketahui melalui telaah penelitian. Data yang ditulis oleh Tarigan
pada buku Membaca : Sebagai Keterampilan
Berbahasa (2008) menyebutkan
beberapa poin penting manfaat dan tujuan dari membaca untuk berbicara. Hal-hal
penting tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Penampilan
membaca berbeda dengan kecakapan bahasa lisan.
b.
Pola
pelajaran ujaran dari tuna aksara/ buta huruf dapat mengganggu pelajaran
membaca pada seorang anak.
c.
Pada
perkembangan dan pertumbuhan usia, membaca memberikan kesadaran linguistik
terhadap istilah-istilah baru, struktur kalimat yang baik dan efektif, serta
penggunaan kata-kata yang sesuai.
d.
Kosa
kata khusus harus diajarkan langsung. Artinya, apabila terdapat istilah kosa
kata baru, hendaknya guru untuk mendampingi dan memberikan
pemngertian/pemaknaan agar seperti yang diharapkan sebelum memulai kegiatan
membaca.
3.
Membaca dengan menulis
Keterampilan membaca memiliki hubungan erat dengan keterampilan
menulis. Khalayak umum telah
paham bahwa membaca adalah proses membuka jendela dunia. Dengan membaca maka menjadikan diri memiliki
pengetahuan. Maka kegiatan membaca bisa disebut sebagai alat atau cara
memperoleh informasi sebanyak-banyaknya.
Keterampilan
membaca (yang bersifat
reseptif) diperlukan agar
dapat memahami pesan yang disampaikan oleh penulis melalui bahasa tulis. Sedangkan, kemampuan
menulis (yang bersifat
produktif) adalah suatu proses kreatif yang mencakup kemampuan merangkai,
menyusun, dan mencatat hasil pikiran seseorang dalam bahasa tulis.
Menulis dalam arti singkat bermaksud
menyajikan kembali informasi dalam
bentuk bahasa tulis (tulisan) kepada masyarakat luas ataupun untuk sekadar dokumentasi. Seperti pepatah
yunani “Scripta Manent Verba Volant” (apa
yang tertulis akan abadi dan apa yang terucap akan berlalu bersama angin).
Untuk menyajikan gagasan informasi untuk dituliskan, maka dapat diperoleh
melalui kegiatan
membaca ataupun menyimak.
Sehingga untuk memperoleh keterampilan menulis, seseorang harus terampil
membaca dan menyimak.
Dalam buku yang
ditulis Suparta Brata dengan judul Ubah
Takdir : Lewat Baca dan Tulis Buku (2011). Brata mencoba menuliskan kegelisahannya
terhadap budaya membaca dan menulis masyarakat Indonesia, terutama para
pelajar. Kegelisahan beliau bermula pada kegiatan membaca yang kurang maksimal
dikalangan pemuda/terpelajar, sehingga menyebabkan kurangnya tingkat kesadaran
budaya menulis (buku).
“Bersekolah untuk
apa? Berbudaya membaca buku dan menulis buku. Orang pintar seluruh dunia pasti
membaca buku dan menulis buku. Mari kita produksi massal putra bangsa berbudaya
membaca buku dan menulis buku pada umur awal sekolah 12 tahun”. ( Brata, 2011 :
29). Meminjam pertanyaan kegelisahan yang penulis kutipkan sebelumnya, tentu
dengan sadar dapat diambil kesimpulan penting mengenai tujuan dari sekolah.
Brata mencoba meluruskan niat dan tujuan dari bersekolah adalah untuk bisa
membaca dan kemudian menulis. Tradisi masyarakat Indonesia dapat dikatakan
masih dalam oriantesi lisan (orality)
bukan dengan orientasi keberaksaraan (literacy).
Kunci dari keberhasilan keterampilan menulis adalah seberapa maksimal dalam
keterampilan membaca. Dalam berbagai kesempatan seminar/workshop kepenulisan
juga sering dikatakan bahwa memperbanyak bacaan akan memudahkan dalam melatih
keterampilan menulis. Karena pada dasarnya ketika seseorang memulai kegiatan
membaca, secara tidak langsung ia telah belajar untuk memahami kaidah
kepenulisan seperti; tanda baca, kalimat efektif, menyusun kata, dan
sebagainya. Selain itu, dengan membaca seseorang secara otomatis akan menambah
wawasannya tentang kata-kata (kosa kata) yang baru dan belum dipahami.
Daftar Pustaka
Brata, Suparto. 2011. Ubah Takdir Lewat Baca dan Tulis Buku. Surabaya:
Litera Media Center.
Happy, Puput. Dkk,. 2012. Cinta Membaca.. Yogyakarta: Leutika
Prio.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Mebaca Sebagai Uatu Keterampilan Berbahasa.Bandung:
Angkasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar